Senin, 26 September 2011

Changed My Mind

Aku berubah pikiran.

Kl ditanya kenapa, jawabannya simple aja.
Karena Ibu sudah buka pikiran aku. Kata-kata Ibu yang selalu aku inget mulai sekarang:
"Mereka ga butuh sertifikat atau ijazah buat nerima musikmu"

Jelas. Ga butuh itu buat bermusik dan berkarya.
Karena musik itu bebas.

Sama bebasnya kayak aku sekarang, mau kuliah di mana. Lupakan kuliah musik. Mungkin aku mau masuk Unair. Tapi tetep, aku masih pingin main musik.

Dan hebatnya, Ibu juga bilang:
"Ga apa kl musik yg nomer satu, ga masalah kl kuliah sambil jalan"

See? Aku punya Ibu terhebat sepanjang masa!

Rabu, 21 September 2011

Dear you

Dear you,

Hey, it's ok if you admire me. It's ok to fall in love.
That's not a problem if you like me. I'm not angry.

Hey, it's ok if I'd already know. It's ok if everybody knows. I'm not avoid from you.

Tell me, show me. It wouldn't change everything that we've done.

I hope you'll find this note and read. And understand.

Mixed

Lagi campur aduk. Lagi labil.

Lagi suntuk dengan sekolah. Pingin cepetan lulus! Apalagi sekarang sudah nggak boleh ikut kegiatan. Boseeen!

Di antara tugas-tugas yang bertumpuk, pekan ulangan subyektif, Try Out sebulan sekali, drill UNAS sampe desember, sekolah full day, cuma piano yang bisa bikin aku tetep waras.
Cuma musik yg bisa mengalihkan perhatian dan me-refresh jenuhnya otak ini.
Tapi dengan jadwal sekolah yang menguras tenaga, frekuensi latihan jadi keganggu. Kadang pingin banget latihan, tapi badan capek semua dan sumpek. Akhirnya ga jadi latihan. Tapi sekalinya latihan, tumpah semua segala unek-unek yg keganjal, sampe ga kerasa uda di depan piano lama banget. Di sini aku bener-bener ngerasa kebantu dengan Big Black :)

Dan tiba-tiba aku kangen padus. Kangen nyanyi, kangen ikut kompetisi, kangen latihan. Kangen LIVO. Kangen aubade kemarin, kangen dengerin orchestra. Seandainya aku punya mesin waktu. Hah. Klise sekali ya.

Sekolah membosankan. Dengan semua tugas, dan guru-guru yg bikin senam jantung. I want to be free!
Tapi masih galau sama kuliah juga.

Aku termasuk orang yang terlalu mencintai hidup. Dan aku ngerasa berat banget buat keluar dari zona nyaman. Aku pingin kuliah musik, tapi aku ga pingin hidup sendiri di negri orang. Aku pingin di sini. Sama keluargaku, temen-temenku, dan kehidupanku, yg terlalu aku sayangi.

God....lead me, please?

Kamis, 15 September 2011

Kenapa?

Kenapa orang harus berubah? Kenapa semuanya nggak bisa sama kayak dulu?

Aku pernah naksir anak, sebut saja Gondrong. Naksir ala anak muda baru lulus SMP, tapi bukan penggemar musiman. Naksirku ini awet banget, 1 tahun.

Aku berasa tau dia banget. Kebiasaannya, sifatnya, kesukaan-kesukaannya...
Tapi kenapa sekarang aku kayak nggak kenal dia? Kenapa dia berubah? Atau mungkin, dulu aku emang nggak kenal dia yang sebenernya? Mungkin ini sifat aslinya?
Ini membuktikan kl selama ini aku sok tau.

Apa dia mau cari kesempurnaan? Apa dia tau definisi sempurna?
Sempurna itu apa adanya.
Jangan jadi orang lain, karena kita semua beautiful in our own way :)

Abstrack

Kenapa hidupku penuh dengan gombalan? Kenapa aku sering banget digombali? Apa wajahku memancing orang-orang buat ngegombal?

Seandainya digombali itu bernilai rupiah...

Banyak gombalan yang bikin aku melting, tapi nggak sedikit yang bikin aku ngeri. Kayak:
"Ah Fa, ga enak tuh kamu gundul. Ga bisa dijambak" "Tapi... disun bisa kok mbak :>"
Nah, itu bikin ngeri. Ini juga:
"Kata dokter, aku sakit. Volume otakku nambah. Gara-gara aku selalu mikirin kamu sih :3"

Kadang bosen juga keseringan digombali. Bukannya berasa oke, tapi jadinya mati rasa. Dan kl ada yg serius, aku cuma nganggep itu gombalan belaka. Mungkin itu yang bikin aku nggak peka. Aku nganggep semua cowok sama aja. Tukang gombal.
Kl ditanya, "Kamu ga tau kl si ini suka kamu?"
Aku bakalan jawab, "Duh, nggak kalik. Gitu aja dibilang suka"
Banyak juga yang bilang aku jahat, Bagas salah satunya, temen cowok yang bener-bener bisa aku anggap sebagai sahabat. Kata-katanya yang masih aku inget adalah, "Kamu emang jahat dans sama cowok. Ada berapa hati yang kamu sakiti?"
Bagas emang agak lebay. Tapi sejak itu aku berniat untuk belajar jadi orang yang peka.

Kenapa sampe sekarang aku nggak tertarik buat pacaran? Banyak alasan. Kl dilihat dari satu pasangan, aku bakal bilang kl pacaran itu alay. Kl dilihat dari pasangan yang lain, aku bilang karena pacaran itu ribet. Kl dilihat dari pasangan yang lain lagi, pacaran itu wasting time. Bikin marah-marah ga jelas, dan sejenisnya. Ada juga pasangan yang bikin aku mikir, kadang pacaran itu menyenangkan. Tapi sama aja, ujung-ujungnya aku mikir masih enakan jomblo dan punya banyak gebetan. Hehehe..
Dan responku kl ada yang bilang, "Aku bakalan nunggu kamu", adalah cuma ketawa. Dasar anak muda...

Dari hasil pengamatan selama ini, pacaran itu bisa bikin kita lebih dewasa. Tapi cuma segelintir orang yang bisa berubah kayak gini. Itupun karna patah hati gara-gara ditinggalin pacarnya, dan dia berusaha tegar buat ngadepin itu semua (sori aja kl agak lebay). Tapi kebanyakan, pacaran itu bikin kita nggak asli. Sok manja-manjaan, jaim-jaiman, sok romantis-romantisan di depan umum, dan hal-hal alay semacam itulah. Bergunakah itu semua? Adakah pacaran dengan cara yang cerdas dan sehat?
Aku mau, kl ada.

Bukannya aku nggak setuju dan nggak bakal mau pacaran. Cuma buat saat ini, di masa remaja yang lagi asyik-asyiknya, unyu-unyuan kayak gitu... kayaknya nggak dulu deh. Masih banyak hal berguna lain yang harus dilakukan dan dipikirkan. Hidup anak muda!!! :>